Blog aku yang satunya lagi

Tuesday, December 9, 2008

Media jangkauan Global, tantangan media cetak

Selasa, 9 Desember 2008 | 19:15 WIB

JAKARTA, SELASA — Media baru yang berciri digital memiliki beberapa keunggulan, seperti kecepatan, interaksi yang instan, dapat membangun komunitas, serta berjangkauan global. Ini merupakan tantangan besar bagi media cetak.

Demikian diungkapkan wartawan senior harian Kompas, Ninok Leksono, pada diskusi terbatas Kovergensi Media: Peluang dan Tantangan Media Baru di Indonesia di Jakarta, Selasa (9/12).

Zaman baru di mana teknologi digital dan internet kian berkembang telah menghadirkan media baru. Media baru ini telah mengubah cara berkomunikasi secara dramatis. Di mana saja, kapan saja, orang bisa mengakses informasi dari beragam platform secara simultan.

"Kecepatan dan akurasi adalah karakter media baru, seperti online, mobile, radio, TV tampil pertama kali, sementara media cetak belum bisa tampil," kata Ninok Leksono. Ia mencontohkan kasus Mumbai yang justru dilaporkan oleh jurnalis warga melalui Twitter dan blog selama jam-jam awal serangan Mumbai 26 November 2008.

Dalam satu detik, lebih dari satu berita dengan kata 'Mumbai' melalui Twitter. "Berita kacau, tetapi tetap berarti ketika media mainstream masih mencari-cari berita," papar Ninok Leksono.

Terlebih saat ini, banyak urusan yang membutuhkan dukungan informasi real time untuk pembuatan keputusan. Kebutuhan informasi cepat ini difasilitasi oleh teknologi.

"Teknologi sangat besar pengaruhnya. Penggabungan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan terakomodasinya kebutuhan mendapatkan informasi secara fleksibel, di mana saja, kapan saja," kata Ninok Leksono. Media baru, khususnya online dan mobile berkembang seiring dengan munculnya generasi digital yang lebih akrab dengan internet dan handphone.

Sementara itu, media lama, seperti media cetak, menjadi lamban. Periodisasi koran 24 jam tidak pas lagi dengan dinamika zaman dan dirasa kurang interaktif. "Selain itu, terkendala geografi dan distribusi, rawan terkena fluktuasi harga kertas, terbatas dalam pengembangan komunitas, terbatas pada teks dan still image," papar Ninok Leksono.

Namun jurnalisme online pun juga memiliki tantangannya sendiri. Ninok Leksono menyatakan, kecepatan yang menjadi keunggulan media baru jangan sampai mengorbankan soal akurasi berita.

Copy paste dan isu plagiarisme berarti mengabaikan hak milik intelektual. "Ini bisa mendorong jurnalis menjadi malas," kata Ninok Leksono.



Elok Dyah Messwati
Sumber : kompas.com

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs